06 Juli 2010

Toko Loak di Atas Pelangi

Kemarin dia menjual memori dan imajinasi

saat tersentuh, imaji lalu berputar asing diatas awan
seperti gasing yang terbang
dilempar mahluk-mahluk asing, lalu mendarat di pangkuanku
yang sepi
yang sibuk bercumbu dengan diriku sendiri

ia lalu pecah kutendang,
berapa harganya? "imajinasi seharga senyum mu"
dan kau bisa mainkan dia, sembunyikan dia sesukamu
aku biarkan imaji terduduk disebelahku, bersenandung
berlompat girang sebelum ia berlari menemani cerita-cerita ku

kubiarkan mereka jatuh cinta

apa yang akan kau lakukan jika aku berikan padamu mimpiku malam ini?
akankah kau ikut menemaniku?
"apakah kau mau beli ini?
terbungkus dalam kain hangat berwarna coklat, memori yang biru?"
dan jika aku mengecewakan mu?
apakah kau akan berkata selamat tinggal?

"berapakah harga keluh kesahmu?"
seharga lagu-lagu dan penantian, yang kau rajut pelan-pelan dan terkunci dalam lemari sebelum usai.
imajinasi bergetar dan bergulung diatas rumput saat dia membayar keluh kesahku.
aku tertawa,
aku tersenyum,
aku menangis,

dan memori dijual terlalu mahal
kalau hanya untuk sekedar menjadi euphoria adiktif alami.
dan memori dibeli terlalu tinggi
oleh kami,
lalu besok saat menjadi sepi memori akan kami beli lagi
dan dijual oleh entah siapa, terlalu mahal





kami bayar dengan air mata