04 Oktober 2010
Museum Of Tragedy
awalnya adalah gw yang sedang mati gaya.
ya,mati gaya. tertinggal sendirian di tempat yang asing dengan hanya bermodalkan smartphone genit gw yang boros dalam membelanjakan tenaga (baca: baterei nya cepet abis)
gw sendirian memandang dunia lewat begitu saja. mati gaya.
lalu,perlahan semesta mulai beraksi. bagaimana aksi mereka? ok, biarkan gw mulai berdongeng.
gw suka menyebut beberapa orang, "sang penghancur" atau "the wrecker", for obvious reasons. "The wrecker" may attack you in certain level where she/he doesn't even knows that they're attacking, but the damage is done. akibat orang-orang seperti ini, waktu terasa berjalan begitu...relatif. saat gw butuhkan untuk berlalu dengan cepat, waktu malah terduduk minum teh. dan saat gw membutuhkan dia untuk bersantai dan bergerak lambat? "the wrecker" datang dengan senapan dan memburu waktu untuk berlari cepat, memakai ransel roket dan melesat tak terjangkau.
Oh yes, its all thanks to you, "the wrecker" and the fact that you wreck my every seconds. Sincerely, F you. a big giant F.
but if its just because of the wrecker, maka gw ngga akan sampai serandom ini dalam menemukan ide posting. bukan, masalahnya bukan hanya "the wrecker", but the fact that a friend of mine turns himself into a "wrecker". without him knowing it.
tipikal.
sangat relevan dan mungkin terjadi.
membosankan. seperti sebuah adegan opera sabun yang sering kau ejek "aaahh lebay amat sih" tetapi itu terjadi. dan saat hidupmu menjadi sebuah episode opera sabun, kau tertegun.
lalu mulai mendramatisir diri.
di kepala gw betempur berbagai kata-kata dan umpatan.
(what am I doing here? I don't have seats on this plane.No, yes, this always happens. I strangely give my seats, willingly, to people I care. or when they take it frome me, I only smile. Thus, I always left with no seats.
oh i should have know: Life folds open itself slowly. I just need to sit back,feel the pain,and relax.)
lalu waktu hilang. benar-benar tak terjangkau. tanpa gw sadari, kaki telah mengarah pulang ke satu-satunya tempat yg gw tahu: ketiadaan. kepasrahan. payah.
gw sangat payah.
mungkin inilah yang selalu gw sebut, tragedi.
yang selalu gw pandang rendah saat orang lain mengalaminya. ayolah, gw tau hari lo buruk banget, but snap out of it.
no, yopu cant snap out of it that easily.
tragedi yang terjadi beruntun kemarin (ya,kemarin) terasa seperti sebuah dongeng antah berantah buat gw.
Dongeng hasil destrukturisasi konsep.
Apakah konsep bisa di destrukturisasi? Mungkin, kalau konsep itu sudah menjadi sebuah kenyataan. Faktual.
sementara konsep mentah tidak mungkin di destrukturisasi. Ia tak punya struktur,tak punya ragam konstelasi. Ia adlh destrukturisasi tanpa evolusi. Dongeng hasil dari pen-destrukturisasian konsep faktual yg terkunci dalam kotak. Bisa dibayangkan? Indah.
ya, indah!
karena ia adalah sebuah tragedi.
sekali lagi, semesta (setelah sekian lama) mempermainkan gw seperti bahan percobaan dalam sebuah adegan sinetreon kering yang payah. tanpa mereka tahu, beragam tragedi tersebut memaksa gw untuk menyadari satu hal:
gw sendiri adalah sebuah dongeng.
random? absurd? tak apa. sebab gw juga merasa begitu, sampai sekarang setelah segala kejadian kemarin mengendap dan mengkristal, lalu secara asing membuyar.
tak apa,
yang pasti, akan kudirikan museum tragedi untuk diriku sendiri. Tiket masuknya murah kok, asal jangan lupa, tinggalkan payungmu di penitipan barang. terima kasih.
About my Tumblr page...
yang lucu adalah bagaimana gw malah menjembatani tumblr dengan pemakaian blog gw yg sebenarnya ( http://unlimited-loyalty.blogspot.com/ )
ok, banyak yang menggunakan tumblr seperti pemanjangan tweet mereka di twitter, ada yang memakainya seperti diary total mereka, dan ada yang memakainya untuk menulis artikel (lirik topeng-rusakz).
gw?
okay, biar gw mulai mengkarakterisasi tumblr page gw ini:
it's a coordinated complete beautiful readable mess.
in short? it's my mess.
jadi,buat kalian yang terlalu ADD (attention deficit disorder) silakan follow gw dan racuni timeline kalian dengan memfollow: @moonhowler23 (oh ya, gw dapet #newtwitter loh)
buat kalian yang mencari sesuatu yang lebih teratur dan terordinir (dalam batasan ordinasi gw): http://unlimited-loyalty.blogspot.com/
dan untuk yang bersama-sama ingin ikut hancur lebur dalam ketidak teraturan bersama gw?
welcome to this complete beautiful mess. Go to my Tumblr.
06 Juli 2010
Toko Loak di Atas Pelangi
22 Mei 2010
2 gadis ditepi tebing
01 Mei 2010
ingatan dan pemandangan
jika kau mengharapkan ingatanmu melukiskan sesuatu,
21 April 2010
pemandangan yang melupakan dan terlupakan
( gambar dari honey and clover. remember my first ever post?)
sungguh sulit buat gw untuk mengerti seni melupakan seseorang,
ini terpikirkan oleh gw saat beberapa hari yang lalu seorang teman baru aja bercerita tentang masalahnya (biasa...curcol..) dan berakhir pada pendapat dia sendiri bahwa dia harus melupakan sang subjek yang sedang kami bicarakan,
gw cuma ngangguk-ngangguk...lalu terpikir:
melupakan seseorang itu seni seperti apa ya?
gw selalu merasa bahwa ketika kita berkeinginan untuk melupakan, itu pasti berkaitan dengan masa lalu dan memori. pedih, senang, jahat, selalu ada kisah dibalik keinginan untuk meupakan.
tetapi buat gw, kisah apapun dibalik motivasi itu tidak menarik.
lebih menarik lagi: apa yang benar-benar terjadi saat kau melupakan?
gw lalu terbayang pada pemandangan sepasang laki-laki dan perempuan yang berjalan di pinggir sungai di sore hari.
angin yang lewat perlahan,
harum shampo yang lembut,
bau samar rokok dan parfum dibalik kemeja,
sinar matahari yang menembus pelan dibalik rambut panjang terikat,
saat salah satu dari mereka berusaha melupakan, apakah hilang semua?
segala rekaman hal kecil yang kita hargai tinggi, hilang dari benak dan perasaan kita, seakan semua itu tak pernah terjadi?
tak pernah kita lihat?
tak pernah ada?
mungkin ada argumen " karena hal-hal itulah yang menyakitkan kalau di ingat"
tapi benarkah?
seandainya gw diberikan pilihan untuk melupakan, gw memilih untuk sakit dan mengingat!
karena gw ngga bisa mengerti seperti apa rasanya jika segala memori terhapus,
seakan mereka tak pernah ada
benarkah itu yang terbaik?
gw mungkin sangat naif jika bicara seperti itu, tapi hey! gw pernah sakit hati, dan gw ngga melupakan.
gw hanya menaruhnya di rak dan membiarkannya tergeletak di dalam sana. biasa saja.
biasa saja.
kata "melupakan" buat gw terdengar seperti kata paling hipokrit yang bisa terucap, karena saat kita bilang bahwa kita ingin melupakan maka sesungguhnya kita sangat tidak ingin melupakan.
gw percaya itu, sehingga selalu bertanya: seperti apakah seni melupakan itu?
apakah seni itu sangat indah sehingga banyak orang teradiksi olehnya?
dan gw jadi ingin melihat pemandangan seseorang yang ingin melupakan,
sama ingin nya dengan melihat pemandangan seseorang yang jatuh cinta
mungkin mereka sama rapuhnya...
15 April 2010
Abstraksi di layar datar nan mungil
Entah kenapa ekspektasi itu seperti sms-an
bukan, bukan bahwa gaya berekpetasi menentukan berapa gaulnya anda (seperti betapa riskannya gaya smsan itu)
tapi bahwa ekspektasi itu adiktif
ok, refrase: ekpektasi itu seperti nikotin!
meracun, merasuk, membunuh, tapi ya itu...adiktif!
gw baru sadar hal ini secara utuh kemarin, saat mata gw terpaku kaku di depan layar datar mungil hape,
ya, gw berekpetasi. padahal secara sadar dan utuh gw tahu bahwa ekpektasi itu ga penah membawa sesuatu yang baik,
gw ulang...GA PERNAH membawa sesuatu yang baik.
kenapa ini dibahas?
karena lucunya gw pernah terlibat pembicaraan dengan seorang teman dulu, tentang betapa racunnya ekpektasi itu
"ekpektasi itu seharusnya ditiadakan. ekpektasi nol persen! kalo ngga ya pasti ada aja kekecewaan"
seperti lirik lagu "anticipation (and expextation) are old habit to set you up, for disappointment"
ekpektasi memang menjurus ke kekecewaan,
kita semua tahu itu
kita semua sadar itu
tetapi kita semua melakukan nya lagi, lagi, dan lagi
dugaan itu adiksi paling berkarat dalam hidup. lupakan alkohol dan nikotin, lupakan lintingan ganja.
dugaan membunuhmu dengan lebih perlahan dan pasti, tetapi kita tak pernah bisa berhenti..
pertanyaan gw, kenapa?
kenapa menjadi adiksi?
lau gw sadar...bahwa ekpetasi itu seperti diazepam: dia menenangkan kita sebelum badai
karena itu kita berekpetasi,
kita tahu sesuatu yang buruk akan terjadi, atau kita sesungguhnya berharap sesuatu yang buruk terjadi,
sehingga kita menghibur diri,
tenggelam dalam euphoria ekpetasi
sesaat, kita hanya ingin bahagia..
dan yang fatal adalah saat ekpetasi berubah menjadi virus didalam pemikiran yang ber-sporadis dan melembaga menjadi anggapan bahwa ekpetasi kita adalah kenyataan
fiktifasi menjadi nyata dalam relativitas imajenasi, semua karena euphoria ekpetasi
fatal!
sekarang gw jadi takut, bahwa selama ini keinginan gw untuk berhenti berekpetasi itu sama bodohnya dengan membuang garam ke laut dan sama salahnya seperti meminum bir dengan es
keinginan untuk berhenti ber-ekpetasi itu sangat sia-sia
bagaimana dengan harapan?
maaf, gw masih terbalut kecewa untuk lebih banyak bicara....