15 April 2010

Abstraksi di layar datar nan mungil


Entah kenapa ekspektasi itu seperti sms-an


















bukan, bukan bahwa gaya berekpetasi menentukan berapa gaulnya anda (seperti betapa riskannya gaya smsan itu)
tapi bahwa ekspektasi itu adiktif


ok, refrase: ekpektasi itu seperti nikotin!
meracun, merasuk, membunuh, tapi ya itu...adiktif!


gw baru sadar hal ini secara utuh kemarin, saat mata gw terpaku kaku di depan layar datar mungil hape,
ya, gw berekpetasi. padahal secara sadar dan utuh gw tahu bahwa ekpektasi itu ga penah membawa sesuatu yang baik,
gw ulang...GA PERNAH membawa sesuatu yang baik.


kenapa ini dibahas?
karena lucunya gw pernah terlibat pembicaraan dengan seorang teman dulu, tentang betapa racunnya ekpektasi itu
"ekpektasi itu seharusnya ditiadakan. ekpektasi nol persen! kalo ngga ya pasti ada aja kekecewaan"

seperti lirik lagu "anticipation (and expextation) are old habit to set you up, for disappointment"
ekpektasi memang menjurus ke kekecewaan,
kita semua tahu itu

kita semua sadar itu
tetapi kita semua melakukan nya lagi, lagi, dan lagi



dugaan itu adiksi paling berkarat dalam hidup. lupakan alkohol dan nikotin, lupakan lintingan ganja.
dugaan membunuhmu dengan lebih perlahan dan pasti, tetapi kita tak pernah bisa berhenti..

pertanyaan gw, kenapa?
kenapa menjadi adiksi?

lau gw sadar...bahwa ekpetasi itu seperti diazepam: dia menenangkan kita sebelum badai
karena itu kita berekpetasi,

kita tahu sesuatu yang buruk akan terjadi, atau kita sesungguhnya berharap sesuatu yang buruk terjadi,
sehingga kita menghibur diri,
tenggelam dalam euphoria ekpetasi
sesaat, kita hanya ingin bahagia..
dan yang fatal adalah saat ekpetasi berubah menjadi virus didalam pemikiran yang ber-sporadis dan melembaga menjadi anggapan bahwa ekpetasi kita adalah kenyataan

fiktifasi menjadi nyata dalam relativitas imajenasi, semua karena euphoria ekpetasi
fatal!




sekarang gw jadi takut, bahwa selama ini keinginan gw untuk berhenti berekpetasi itu sama bodohnya dengan membuang garam ke laut dan sama salahnya seperti meminum bir dengan es

keinginan untuk berhenti ber-ekpetasi itu sangat sia-sia






bagaimana dengan harapan?
maaf, gw masih terbalut kecewa untuk lebih banyak bicara....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar